MACAM-MACAM SYIRIK
Dalam Shahihain disebutkan, Ibnu Mas’ud meriwayatkan, aku bertanya kepada Nabi , “Dosa apakah yang paling besar?” Beliau menjawab: “Yaitu engkau menjadikan tandingan (sekutu) bagi Alloh Ta’ala sedangkan Dialah yang menciptakanmu.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
MACAM-MACAM SYIRIK BESAR
1. SYIRIK DALAM BERDOA
Yaitu berdo’a kepada selain Alloh Ta’ala, baik kepada para Nabi atau wali, untuk meminta rizki atau memohon kesembuhan dari penyakit. Alloh Ta’ala berfirman:
“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa’at dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Alloh Ta’ala; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim”. (Yunus: 106)
Zhalim yang dimaksud oleh ayat ini adalah syirik. Dan Rosulullah menegaskan dalam sabdanya:
“Barangsiapa meninggal dunia sedang dia memohon kepada selain Alloh Ta’ala sebagai tandingan/sekutu, niscaya dia masuk neraka.” (HR. Al-Bukhari).
Sedangkan dalil yang menyatakan bahwa berdo’a kepada selain Alloh Ta’ala, baik kepada orang-orang mati atau orang-orang yang tidak hadir merupakan perbuatan syirik. Adalah firman Alloh Ta’ala:
“Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Alloh Ta’ala tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu, dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” (Faathir : 13-14).
2. SYIRIK DALAM SIFAT ALLOH TA’ALA
Seperti kepercayaan bahwa para Nabi dan wali mengetahui hal-hal yang ghaib. Tidak ada satu makhlukpun yang mengetehui perkara yang ghaib kecuali Alloh bila kita menemukan ada orang yang mengetahui hal-hal yang ghaib maka janganlah kita percaya karna itu adalah tipu daya dari syaiton meskipun orang itu disebut wali, kiai, ustadz, dll. Alloh Ta’ala berfirman:
“Dan pada sisi Alloh Ta’ala lah kunci-kunci semua yang ghoib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri.” (Al-An’aam: 59).
3. SYIRIK DALAM MAHABBAH (CINTA)
Yang dimaksud syirik dalam mahabbah yaitu ia mencintai seseorang baik wali atau lainnya sebagaimana kecintaannya kepada Alloh Ta’ala. Alloh Ta’ala berfirman:
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Alloh Ta’ala, mereka mencintainya, sebagaimana mereka mencintai Alloh Ta’ala. Adapun orang-orang yang beriman sangat cintanya kepada Alloh Ta’ala.” (Al-Baqarah: 165).
4. SYIRIK DALAM KETA’ATAN
Yaitu keta’atan kepada ulama atau syaikh dalam hal kemaksiatan. Dengan mempercayai bahwa hal tersebut diperbolehkan. Alloh Ta’ala berfirman:
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Alloh Ta’ala.” (At-aubah: 31).
Ta’at kepada para ulama dalam hal kemaksiatan yaitu dengan menghalalkan apa yang diharamkan oleh Alloh Ta’ala. Atau sebaliknya, mengharamkan apa yang dihalalkan Alloh Ta’ala. Ta’at kepada para ulama dalam hal kemaksiatan inilah yang ditafsirkan sebagai bentuk ibadah kepada mereka. Rosulullah menegaskan:
“Tidak ada keta’atan kepada makhluk dalam hal maksiat kepada Al-Khalik (Alloh Ta’ala).” (HR. Ahmad, hadits shohih).
5. SYIRIK HULUL
Yaitu mempercayai bahwa Alloh Ta’ala menitis kepada para makhluk-Nya. Ini adalah aqidah Ibnu Arabi, seorang shufi yang meninggal dunia di Damaskus. Sampai-sampai Ibnu Arabi mengatakan:
“Tuhan adalah hamba, dan hamba adalah Tuhan. Duhai sekiranya, siapakah yang mukallaf?” Seorang penyair shufi lainnya yang mempercayai aqidah hulul bersenandung: “Tiada anjing dan babi itu, melainkan Tuhan kita (juga). Dan tiadalah Alloh Ta’ala itu, melainkan seorang rahib yang ada di gereja.”
6. SYIRIK TASHARRUF (Tindakan)
Yaitu keyakinan bahwa sebagian para wali memiliki keleluasaan untuk bertindak dalam urusan makhluk. Percaya bahwa mereka bisa mengatur persoalan-persoalan makhluk. Mereka namakan para wali itu dengan “wali quthub”. Padahal Alloh Ta’ala telah menanyakan orang-orang musyrik terdahulu dengan firman-Nya:
“Dan siapakah yang mengatur egala urusan? Maka mereka menjawab, ‘Alloh Ta’ala.” (Yunus: 31).
7. SYIRIK KHAUF (Takut)
Yaitu keyakinan bahwa sebagian dari para wali yang telah meninggal dunia atau orang-orang yang ghaib bisa melakukan dan mengatur suatu urusan serta mendatangkan mudharat (bahaya). Karena keyakinan ini, mereka menjadi takut kepada para wali atau orang-orang tersebut.
Karena itu, kita menjumpai sebagian manusia berani bersumpah bohong atas nama Alloh Ta’ala, tapi tidak berani berumpah bohong atas nama wali, karena takut kepada wali tersebut. Hal ini adalah kepercayaan orang-orang musyrik, yang diperingatkan dalam Al-Qur’an dalam firman-Nya:
“Bukankah Alloh Ta’ala cukup untuk melindungi hamba-hambaNya? Dan mereka menakut-nakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Alloh Ta’ala.” (Az-Zumar: 26).
Adapun takut kepada hewan liar atau kepada orang hidup yang zhalim, maka hal itu tidak termasuk dalam syirik ini. Itu adalah ketakutan yang merupakan fitrah dan tabiat manusia, dan tidak termasuk syirik.
SYIRIK BESAR BISA MENGHAPUSKAN AMAL
Alloh Ta’ala berfirman: “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan) niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az-Zumar: 65).
SYIRIK BESAR TIDAK AKAN DIAMPUNI OLEH ALLOH TA’ALA KECUALI DENGAN TAUBAT DAN MENINGGALKAN PERBUATAN SYIRIK SECARA KESELURUHAN
Alloh Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya Alloh Ta’ala tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Alloh Ta’ala, maka sesuangguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (An-Nisaa’: 116).
SYIRIK BANYAK MACAMNYA
Diantaranya adalah syirik besar dan syirik kecil. Semua itu wajib dijauhi. Rosulullah mengajarkan kepada kita agar berdo’a: “Ya Alloh Ta’ala, kami berlindung kepadaMu dari menyekutukanMu dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami memohon ampun kepadaMu dari (menyekutukanMu dengan sesuatu) yang kami tidak ketahui.” (HR. Ahmad dengan sanad shohih).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar